Denpasar, Bali (beritadewata.com) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika protes keras terhadap siaran Puja Tri Sandya yang ditayangkan oleh semua televisi baik lokal maupun nasional pada setiap pukul 06.00, pukul 18.00 Wita. Menurut Pastika, syair-syair suci yang menjadi credo atau syahadat agama Hindu ini bila dicermati di setiap siaran televisi memiliki perbedaannya sendiri-sendiri.
"Bagaimana mungkin semua siaran dari rumusan ayat suci ini berbeda-beda dari satu televisi ke televisi lainnya. Terjemahannya juga berbeda. Penekananan pada saat melantunkannnya berbeda, intonasinya berbeda. Bahkan, latar belakang gambar yang ditayangkan ada yang tidak sesuai konteks yang sedang melantunkan doa. Bahkan ada stasiun televisi yang menayangkana gambar bule berjemur di pantai lagi," ujarnya. Menurut Pastika, orang Bali sendiri kaget ketika itu sudah ditayangkan. "Kita telat melakukan atau membuat format baku dari Puja Tri Sandya untuk ditayangkan di berbagai televisi tersebut," ujarnya di Denpasar, Sabtu (22/11).
Saat dikonfirmasi kepada Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali I Gusti Ngurah Sudiana terkait dengan protes dari Gubernur Bali Made Mangku Pastika, pihaknya mengakui jika protes itu memang benar adanya. Ia mengakui jika Puja Tri Sandya yang ditayangkan hampir di seluruh stasiun televisi isinya dan tampilan gambarnya banyak perbedaan. Padahal, rumusan Puja Tri Sandya sebenarnya sama. "Apa yang dikeluhkan atau diprotes Gubernur Bali itu memang benar. Dan sampai saat ini belum ada format baku yang disiapkan oleh PHDI Bali," ujarnya. Ia berjanji dalam waktu dekat ini akan segera berkoordinasi dengan seluruh pihak terkait untuk merumuskan, membuat format baku, merekamnya dan akan segera mengirimkan kepada seluruh stasiun televisi yang menyiarkan Puja Tri Sandya pada waktu yang ditentukan sebagaimana umat muslim saat sholat adzan.
Sebelumnya, siaran Puja Tri Sandya hanya disiarkan oleh 3 stasiun televisi lokal yakni Bali TV, TVRI Bali dan Dewata TV. Namun dalam perkembanganya, berkat koordinasi dan kerja sama dari semua stasiun televisi yang mempertimbangkan konten lokal maka, Puja Tri Sandya juga disiarkan sama dengan sholat adzannya orang muslim. "Kita baru bisa sebatas mengkomunikasikan isi siaran tersebut dan semua televisi akhirnya menyiarkannya. Namun harus kita akui, kita belum mempersiapkan format baku yang diedarkan kepada seluruh stasiun televisi tersebut, sehingga isi siaran berbeda-beda terhadap konten yang sama. Kita akan memperjuangkan dalam waktu dekat ini sudaha format baku," ujarnya.
"Bagaimana mungkin semua siaran dari rumusan ayat suci ini berbeda-beda dari satu televisi ke televisi lainnya. Terjemahannya juga berbeda. Penekananan pada saat melantunkannnya berbeda, intonasinya berbeda. Bahkan, latar belakang gambar yang ditayangkan ada yang tidak sesuai konteks yang sedang melantunkan doa. Bahkan ada stasiun televisi yang menayangkana gambar bule berjemur di pantai lagi," ujarnya. Menurut Pastika, orang Bali sendiri kaget ketika itu sudah ditayangkan. "Kita telat melakukan atau membuat format baku dari Puja Tri Sandya untuk ditayangkan di berbagai televisi tersebut," ujarnya di Denpasar, Sabtu (22/11).
Saat dikonfirmasi kepada Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali I Gusti Ngurah Sudiana terkait dengan protes dari Gubernur Bali Made Mangku Pastika, pihaknya mengakui jika protes itu memang benar adanya. Ia mengakui jika Puja Tri Sandya yang ditayangkan hampir di seluruh stasiun televisi isinya dan tampilan gambarnya banyak perbedaan. Padahal, rumusan Puja Tri Sandya sebenarnya sama. "Apa yang dikeluhkan atau diprotes Gubernur Bali itu memang benar. Dan sampai saat ini belum ada format baku yang disiapkan oleh PHDI Bali," ujarnya. Ia berjanji dalam waktu dekat ini akan segera berkoordinasi dengan seluruh pihak terkait untuk merumuskan, membuat format baku, merekamnya dan akan segera mengirimkan kepada seluruh stasiun televisi yang menyiarkan Puja Tri Sandya pada waktu yang ditentukan sebagaimana umat muslim saat sholat adzan.
Sebelumnya, siaran Puja Tri Sandya hanya disiarkan oleh 3 stasiun televisi lokal yakni Bali TV, TVRI Bali dan Dewata TV. Namun dalam perkembanganya, berkat koordinasi dan kerja sama dari semua stasiun televisi yang mempertimbangkan konten lokal maka, Puja Tri Sandya juga disiarkan sama dengan sholat adzannya orang muslim. "Kita baru bisa sebatas mengkomunikasikan isi siaran tersebut dan semua televisi akhirnya menyiarkannya. Namun harus kita akui, kita belum mempersiapkan format baku yang diedarkan kepada seluruh stasiun televisi tersebut, sehingga isi siaran berbeda-beda terhadap konten yang sama. Kita akan memperjuangkan dalam waktu dekat ini sudaha format baku," ujarnya.
Dikutip dari :beritadewata.com
Posting Komentar